TANAH AIRKU
Di bulan Agustus ini, lagu-lagu kebangsaan sering sekali terdengar di berbagai tempat dan kesempatan. Apalagi saat acara perayaan kemerdekaan. Baik ketika sedang lomba maupun ketika acara puncak berupa pentas seni dan pembagian hadiah, lagu-lagu yang membangkitkan kecintaan pada tanah air pasti menjadi lagu pilihan. Salah satunya adalah lagu Tanah Airku karya Ibu Soed.
Dulu, sewaktu saya masih kecil, ketika televisi hanya ada TVRI saja, lagu ini diputar untuk membuka acara. Ketika acara akan dimulai, lagu ini diputar dengan latar keindahan Indonesia yang memang luar biasa. Hanya saja, karena yang ada baru televisi hitam putih saja, maka kualitas keindahanna kurang sempurna. Namun begitu, saat itu tentu televisi hitam putih sudah merupakan alat yang canggih.
Saya sendiri benar-benar merasakan makna lagu Tanah Airku ini saat saya diberi kesempatan oleh Allah untuk mengikuti kegiatan training guru-guru se-jawa barat di Adelaide, Australia. Di acara penutupan, kita-guru-guru yang sedang pelatihan di Adelaide-menyanyikan lagu itu selain lagu Indonesia Raya. Air mata saya mengalir tak terbendung. Sekuat tenaga saya menahannya, tapi bobol juga pertahanan saya. Lirik lagu karya ibu Soed itu memang sangat sesuai dengan suasana hati dan kondisi saya yang sedang berada jauh dari tanah air, terutama bagian: “Biarpun saya pergi jauh, tak akan hilang dari kalbu, tanah ku tak kucintai, engkau kuhargai.”
Negara lain boleh lebih indah, lebih maju, dan lebih segalanya. Negara lain juga boleh lebih bagus tingkat kebahagiaannya, tapi tetap saja Indonesia tak bisa terkalahkan. Makanan Idonesia misalnya, tetap saja terasa paling nikmat di lidah. Saya ingat betul saat itu. Selama tiga minggu tidak makan bakso karena memang tidak ada di sana. Maka, ketika ada acara yang diadakan oleh orang Indonesia yang tinggal di sana dan ada menu bakso, larislah bakso itu. Ludes tanpa sisa dalam waktu sekejap.