Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara seseorang melihat atau menilai suatu hal atau suatu persoalan dengan cara tertentu. Dalam dunia kepenulisan, tulisan yang bagus adalah yang memiliki sudut pandang yang berbeda. Hal tersebut selalu dinyatakan oleh penulis terkenal Tere Liye dalam berbagai kesempatan. Dalam satu kelas, misalnya, jika guru meminta sebuah tulisan mengenai Candi Prambanan sepulang dari berwisata ke tempat itu, maka akan bervariasi tulisan mereka. Sebagian besar menulis hanya seputar sejarah didirikannya, siapa yang membangunnya, dan di mana lokasinya.
Tulisan dengan sudut pandang yang berbeda misalnya adalah yang menceritakan potensi ekonomi kreatif yang bisa dikembangkan di sekitar candi tersebut setelah melihat kondisi di sekitar candi. Penulisnya tidak hanya melulu melihat Candi Prambanan sebagai obyek tulisannya. Jika menyimak penjelasan Tere Liye tersebut, saya jadi ingat saat saya masih duduk di bangku SMP kelas 3. Waktu itu guru Bahasa Daerah saya meminta siswanya untuk menulis cerita dengan tema “wayah isuk” yang berarti waktu pagi. Saya tidak menulis mengenai rutinitas pagi hari saya seperti yang dituliskan oleh teman-teman lain di kelas saya.
Saya uraikan bagaimana suasana pagi di tempat saya. Saya memulainya dengan sinar mentari menyinari bumi, udara pagi yang sejuk, aktivitas para petani yang mulai terlihat di sawah-sawah, sibuknya pesepeda yang memenuhi jalanan untuk menuju ke tempat kerja mereka, lalu lalang anak sekolah yang melajukan sepedanya menuju sekolahnya masing-masing. Pada saat itu sepeda mendominasi pelajar SMP karena di tingkat itu siswa sekolah belum diperkenankan mengendarai motor. Baru setelah masuk SMA banyak yang mulai mengendarai motor menuju ke sekolahnya. Saya juga menceritakan ayam-ayam yang mulai berkeliaran di kebun mencari makan.
Tanpa saya duga di pertemuan berikutnya guru saya tersebut mengatakan bahwa ada seorang siswa yang tulisannya beda dari tulisan yang lain. Jika yang lain menceritakan apa dilakukan di pagi hari hingga berangkat ke sekolah, tetapi siswa ini menceritakan mengenai apa yang terjadi di pagi hari di lingkungan sekitarnya. Hati saya berbunga-bunga karena yang diceritakan itu adalah hasil tulisan saya. Beliau membacakan kalimat demi kalimat yang saya tuliskan. Dan saya baru sadar bahwa ternyata naluri menulis saya sebenarnya sudah ada dari saat saya masih remaja.
Gambar di atas juga menjelaskan perbedaan sudut pandang. Dalam gambar tersebut ada dua orang yang berada dalam penjara. Mereka sedang melakukan pekerjaan yang sama, yakni melukis pemandangan di luar penjara. Salah satu di antara mereka mampu melukis pemandangan yang indah di luar sana. Dia melihat jauh ke arah pemandangan yang terhampar di luar. Sementara yang satu lagi hanya memandang jeruji besinya, sehingga lukisannya pun hanya menggambarkan jeruji penjara. Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada kondisi batin mereka. Yang menggambar pemandangan bisa dipastikan hatinya lebih bahagia dan memiliki harapan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan yang satunya. Fisiknya memang berada di dalam penjara, tetapi hati dan pikirannya mampu keluar dari sempitnya penjara itu.
Dalam kehidupan sehari-hari juga begitu. Setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda dengan orang lain. Sikap terbaik adalah menghargainya.