Sambel Gepeng yang Istimewa
Salah satu jenis sambal yang tak kalah nikmat dibandingkan dengan sambal lainnya adalah sambal gepeng. Entah dari mana asal muasal sambal ini. Setahu saya, sambal ini ada dan berasal dari Yogyakarta, kota kelahiaran saya. Di daerah lain saya tidak tahu apakah mengenal sambal ini atau tidak.
Saat saya masih kecil dulu, almarhum ayah saya yang seorang petani selalu membawa nasi yang masih panas dengan ditemani telur dan sambal gepeng ke sawah setiap menjelang panen pagi. Dalam istilah bahasa Jawa disebut dengan wiwitan. Kegiatan seperti ini dilakukan sore hari. Sepertinya nasi dan lauk pauknya ini “dipersembahkan” untuk Dewi Sri-dewi padi. Mungkin sebagai ungkapan terima kasih kepada sang Dewi. Entahlah.
Saya dan saudara serta teman-teman sering mengikuti almarhum ayah saya jika letak sawahnya tidak jauh dari rumah. Setelah acara ‘ungkapan terima kasih’ selesai, ayah saya membagi-bagi nasi dan lauk pauknya itu kepada siapa saja yang ikut. Jika tidak ada yang ikut, maka akan dibagi saat sudah di rumah.
Nasi itu akan terasa nikmat sekali jika dinikmati masih dalam kondisi hangat. Ditaruh di daun pisang, ditaburi sambal gepeng dan diberi potongan telur rebus. Dulu saya dan saudara serta teman-teman menyantapnya dengan duduk di pematang sawah sambil menikmati suasana sore menjelang petang.
Komposisi sambal gepeng itu terdiri dari kacang kedelai yang digoreng, cabai rawit, bawang putih, kencur, dan ikan teri (dalam bahasa Jawa disebut gereh). Ada yang menambahkan daun jeruk, tetapi tanpa diberi daun jeruk pun rasanya sudah nikmat sekali. Dan satu lagi yaitu garam.
Di bawah ini adalah foto nasi panas ditaburi sambal gepeng dan diberi sepotong telur rebus dengan dibungkus daun pisang (dipincuk istilah bahasa Jawanya). Sekarang apakah acara wiwitan seperti ini masih ada atau sudah tidak ada lagi, saya tidak tahu.