RAPUH

RAPUH

“Carilah hatimu dalam tiga hal: sholat, membaca Al-Quran, dan meningat mati. Jika tidak menemui dalam ketiganya, berdo’alah kepada Allah agar digantikan hati yang baru.”

Semalam, sekitar jam setengah 12, temanku meninggal secara mendadak karena serangan jantung. Siang kemaren, aku masih melihatnya ceria dan bercanda seperti biasa. Siapa sangka malamnya temanku itu akan pergi untuk selamanya. Semua yang membaca berita duka yang dikirim istrinya sangat terkejut dan tidak percaya. Aku baca pengumuman itu hingga berkali-kali untuk memastikan bahwa aku tidak salah membaca nama yang tertulis. Dan tidak ada yang salah, temanku sudah meninggal.

Pagi tadi, aku menghadiri pemakamannya. Aku mengikuti seluruh prosesnya dari awal hingga akhir. Air mataku pun mengalir tak terbendung ketika adzan dikumandangkan. Ketika sang mu’adzin membaca “hayya ‘alashshalaah-marilah sholat”, hatiku seperti diingatkan betapa sang mayat sudah tidak bisa lagi untuk sholat. Sementara aku yang masih dikaruniai umur, kadang suka mengulur waktu, tak bergegas untuk memenuhi panggilan itu. Kelak, aku pun akan seperti mayat itu, hanya bisa mendengar tanpa sanggup berbuat apa-apa. Padahal tak lama lagi malaikat Munkar dan Nakir akan memintai petanggungjawaban seluruh perbuatanku selama di dunia. Ya Allah. Hatiku pun menjadi rapuh. Sangat rapuh.

Pun ketika sang mu’adzin membaca “hayya ‘alalfalaah-marilah menuju kejayaan/bahagia”. Ada yang menggedor-gedor kesadaranku. Kian lama kian kuat. Betapa selama ini, Allah mengajakku untuk menuju kejayaan, menuju bahagia, tapi aku masih setengah hati menjalankannya, masih tak khusyu’, masih sekenanya. Padahal ketika sudah terbujur kaku di liang kubur, aku sudah tak lagi bisa apa-apa. Yang ada hanya penyesalan abadi. Ya Allah, ampunilah daku. “Berpuas-puaslah dalam sholatmu, karena tidak ada lagi sholat setelah kematian.” Nasehat itu pun terngiang-ngiang kembali.

Aku ingat pesan orang bijak, “Jika kematian tidak lagi menjadi sebaik-baik nasehat dan sebesar-besar peringatan bagi kita, maka katakanlah innalillaahi wa inna ilaihi roji’uun, karena mungkin saja hati kita telah mati lebih dahulu sebelum jasad kita.”

Maka hari ini, aku ingin mengingatkan diriku sendiri dengan satu ayat Al-Quran Surat Al-Hasyr (59) ayat 18: “Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Alalh. Sungguh, Allah maha Mengetahui apa saja yang kamu kerjakan.”

Dan, lagu Opick berjudul Rapuh benar-benar mewakili suasana hatiku.

Meski ku rapuh dalam langkah, kadang tak setia kepada-Mu,

namun cinta dalam jiwa hanyalah pada-Mu.

Maafkanlah bila hati tak sempurna mencintai-Mu

dalam dada kuharap hanya Diri-Mu yang bertahta.

Detik waktu terus berlalu, semua berakhir pada-Mu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca juga