Mengenal Sindrom Takotsubo atau Sindrom Patah Hati
Salah satu berita di Republika hari ini ada yang membuat saya penasaran. Judul beritanya adalah Waspada Sindrom Takotsubo yang Merebak Saat Pandemi. Apa Itu? Isinya di awali dengan keterangan bahwa sindrom takotsubo sering disebut dengan “sindrom patah hati.” Kata “patah hati” itu membuat jiwa kepo saya meronta-ronta. Begitulah kata anak-anak muda saat kepo terhadap sesuatu. Mengapa mesti diwaspadai? Seperti apa sakitnya?
Sindrom takotsubo sering juga disebut dengan broken heart syndrome atau sindrom patah hati. Menurut ahli, sindrom ini terjadi saat otot jantung tidak bisa memompa darah sebaik biasanya ke seluruh tubuh. Gejala awal yang terajdi mirip dengan serangan jantung berupa nyeri dada, sesak napas, dan pingsan. Ada juga yang mengalami gejala berdebar, mual, dan muntah.
Selain patah hati karena putus cinta, broken heart syondrom juga disebabkan oleh masalah lain yang menyebabkan stres fisik maupun emosional lain. Misalnya, kekerasan dalam rumah tangga, kehilangan orang yang dicintai, kecemasan finansial dan hutang, mengalami musibah berat, dan masih banyak lagi. Sebagian besar orang yang mengalami sindrom ini jantungnya akan kembali normal dan pulih dalam beberapa hari. Ada juga yang membutuhkan waktu beberapa minggu bahkan bulan.
Sindrom ini mengingatkan saya pada salah satu lagu group band White Lion berjudul Broken Heart. Menurut saya lagu itu mengajarkan untuk tidak berlarut-larut dalam patah hati-khusus patah hati karena cinta. Berikut pesan dari lagu tersebut:
There is life even after a broken heart, broken heart
You can fight the pain from a broken heart, broken heart
I know that life will be much better