Mengapa Banyak Orang Tertarik Untuk Menggandakan Uang?

Mengapa Banyak Orang Tertarik Untuk Menggandakan Uang?

Kabar mengenai korban penggandaan uang hingga kini masih mengisi berita di berbagai media. Sebenarnya berita semacam ini sudah sering terjadi dari tahun ke tahun di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu yang paling fenomenal adalah berita penipuan penggandaan uang yang dilakukan oleh Dimas Kanjeng di Jawa Timur beberapa tahun yang lalu. Selain dilaporkan ke pihak berwajib karena kasus penipuan, Dimas Kanjeng juga dilaporkan karena menjadi aktor penganiayaan terhadap seorang santri yang dikhawatirkan akan membocorkan rahasia padepokan miliknya.

Dari berbagai berita penipuan penggandaan uang rata-rata modusnya sama, yaitu dengan mengelabuhi korban bahwa pelaku mampu menggandakan uang dengan benda sakti tertentu atau dengan melakukan ritual tertentu. Uang yang jumlahnya 1 juta dapat menjadi sekian ratus juta rupiah. Siapa orangnya yang tidak tergiur dengan jumlah sebanyak itu? Maka para korban rela mengeluarkan uang dalam jumlah puluhan hingga ratusan juta rupiah, bahkan ada yang hingga jumlahnya milyaran rupiah. Korban tidak hanya berasal dari kalangan masyarakat yang awam terhadap agama dan dari kalangan berpendidikan rendah, tetapi banyak juga korban yang berasal dari kalangan pejabat dan berpendidikan tinggi.

Jika para korban itu ditanya alasan menggandakan uang tentu jawabannya karena ingin uang yang dimilikinya menjadi berlipat-lipat jumlahnya. Saat diiming-imingi oleh pelaku, yang terbayang di benak korban adalah jumlah uang yang fantastis. Maka logika pun tidak dapat bekerja dengan baik. Mereka tidak berpikir jika para pelaku itu memang mampu menggandakan uang, tentu mereka termasuk dalam jajaran orang terkaya di tanah air. Namun kenyataannya tidak demikian. Seandainya mereka sadar bahwa pelaku melibatkan jin dalam ritualnya, mereka sudah masuk dalam kemusyrikan. Maka dari itulah MUI Lebak, Banten menyatakan bahwa penggandaan uang semacam itu hukumnya haram.

Selain faktor ekonomi, faktor lain yang mendorong orang untuk menggandakan uang adalah karena kurangnya literasi. Mereka tidak mau “membaca” kejadian yang sudah sering terjadi melalui berita, sehingga mereka sendiri harus menjadi korban. Padahal jika rajin “membaca” maka mereka akan terhindar dari hal serupa. Dan faktor yang utama adalah karena kurangnya pemahaman mengenai ilmu agama. Jika pemahaman agamanya baik, maka mereka akan terhindar dari hal-hal yang berhubungan dengan kemusyrikan.

Dalam Islam harta akan bertambah dengan cara bersedekah dan berinfaq. Orang yang pemahaman agamanya kurang bagus tentu akan mengatakan bahwa dengan bersedekah dan berinfaq maka harta akan berkurang. Orang beriman selalu yakin dengan janji Allah dalam Al-Qur’an. Salah satunya dalam Surat Al Baqarah ayat 261 yang artinya: “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa saja yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”

Masih banyak lagi ayat Al-Qur’an dan hadits yang dapat dijadikan sebagai sumber penjelasan mengenai keutamaan bersedekah dan berinfaq. Orang beriman tidak hanya melihat harta dari apa yang ada dalam genggaman, tetapi mereka yakin dengan apa yang dijanjikan oleh Allah lewat firman-Nya. Dan yang paling berharga dari harta bagi orang beriman adalah keberkahannya. Semakin sering bersedekah dan berinfaq, insyaallah harta mereka akan semakin berkah. Harta yang berkah adalah harta yang memberikan banyak manfaat dan banyak kebaikan bagi pemiliknya dan bagi orang lain.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca juga