Menabung Uang Receh
“Alhamdulillaaah, tanpa sadar aku bisa mengumpulkan uang sebanyak ini dari uang recehku. Aku bisa menggunakannya untuk tambahan persiapan lebaran nanti,” gumam saya dalam hati. Itulah gambaran suasana hati saya saat memanen hasil tabungan uang receh yang sudah saya lakukan sejak beberapa bulan terakhir.
Ceritanya begini. Beberapa waktu yang lalu, saya melihat sebuah postingan video di Instagram. Dalam video itu, tampak seorang ibu muda sedang membagikan momen menabung uang sisa belanjannya. Ia membagi tabungannya menjadi dua, satu khusus uang 2 ribuan dan satu lagi khusus uang 5 ribuan. Yang menarik dari kegiatan menabung itu adalah caranya yang sangat tertata.
Ibu itu menyediakan kertas untuk mencatat perkembangan tabungannya. Setiap kali ia menabung, ia catat berapa lembar yang ia tabung hari itu. Ia membuat tanda garis seperti saat pencatatan suara dalam pemilihan umum. Ia juga memiliki cara lain, yaitu ia tuliskan tanggal beserta jumlah lembaran 2 ribuan yang ia tabung. Dengan begitu ia dapat mengetahui jumlah uang yang sudah terkumpul setiap harinya.
Ia juga menyediakan dua dompet khusus untuk tabungannya itu. Setiap kali jumlah lembaran mencapai 10 lembar, ia beri tanda dengan melipatkan satu lembar ke sembilan lembar lainnya. Ibu itu mentargetkan panen tabungan setiap 500 ribu, baik untuk yang 2 ribuan maupun yang 5 ribuan. Setiap kali panen, uang itu ditukar dengan uang ratusan ribu untuk ditabung lagi ke dompet yang berbeda lagi. Target tabungan yang besar sesuai dengan jumlah yang yang ia butuhkan dalam periode waktu tertentu. Misalnya sekian juta rupiah untuk membeli kambing saat lebaran haji tahun depan.
Ibu itu juga memperlihatkan cara baru untuk mencatat tabungannya. Ia memiliki binder dan dompet khusus untuk mencatat perkembangan jumlah tabungan disertai jumlah target yang diinginkan. Ada berbagai warna dengan hiasan yang sangat menarik. Bagi yang suka dengan pernak-pernik lucu, rasanya binder dan dompet itu dapat menambah semangat menabung. Saya pribadi tidak suka yang repot-repot. Cukup dengan kertas dan dompet yang ada saja, karena bagi saya yang lebih penting adalah hasilnya.
Ia juga memiliki cara lain lagi. Selain disimpan di dompet, ia juga memasukkan uang tabungannya ke dalam toples dengan cara dilinting. Ia menyiapkan sedotan, lalu dipotong kecil-kecil. Setiap lembar yang ia masukkan ke toples, ia linting lalu dimasukkan ke potongan sedotan agar lintingannya tidak rusak. Kali ini, ia menempelkan kertas catatan tabungannya ke toples, sehingga dapat diketahui perkembangan jumlah uangnya.
Saya sudah mencoba mempraktikkan ide itu. Jika tadinya uang receh masuk dompet dan entah untuk apa peruntukannya, sekarang setiap kali mendapatkan uang kembalian 2 ribuan dan 5 ribuan saya tabung. Saya senang sekali karena ternyata uang yang biasanya “tak pernah dianggap”, kini dapat membantu memenuhi kebutuhan tertentu yang sangat penting dan membutuhkan banyak uang. Saya semakin giat melakukannya. Kini, tak ada lagi uang receh yang terasa receh.