Memaafkan Diri Sendiri
Bulan Syawal yang identik dengan saling memaafkan telah lewat. Namun, bahasan mengenai maaf-memaafkan akan tetap relevan di luar bulan tersebut. Memaafkan tidak hanya dilakukan pada orang lain, tetapi juga perlu dilakukan pada diri sendiri. Betapa sering dalam hidup ini, kita lupa bahwa diri kita pun perlu dimaafkan.
Tak jarang, di masa lalu banyak sekali kesalahan yang telah kita perbuat. Hal tersebut membuat kita sangat menyesal, malu, dan merasa diri sangat bodoh. Bahkan, banyak yang merasakan penyesalan berlarut-larut hingga akhirnya mengalami depresi. Perasaan bersalah selalu menghantui, membuat hati jauh dari ketenangan. Penyesalan datang, dan kemudian berkata “seandainya waktu bisa diputar…seandainya saja dulu tidak melakukan itu”…seandainya…seandainya…dan seterusnya.
Untuk bisa memaafkan diri sendiri, perlu disadari bahwa setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Berbuat salah itu manusiawi. Tinggal direnungi, introspeksi, dan kemudian memperbaiki diri. Tak ada manusia yang terbebas dari kesalahan. Nobody’s perfect. Semua kesalahan dan kebodohan di masa lalu pasti memberi banyak pelajaran berharga jika mau merenunginya. Selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Tidak ada yang sia-sia.
Orang yang mampu memaafkan dirinya sendiri akan jauh lebih tenang hatinya. Dia akan terbebas dari berbagai kecemasan, penyesalan, dan stres berkelanjutan yang akan berujung pada sakit fisik. Selain itu, dia juga jauh lebih siap menghadapi hidup dan melanjutkan kehidupannya dengan perasaan yang lebih positif. Jika ada orang yang mengingatkan pada kesalahannya dulu, dia akan tersenyum dan memandangnya sebagai masa lalu yang sarat dengan hikmah.
Memaafkan diri sendiri adalah bentuk dari mencintai diri sendiri. Diri kita sendiri harus kita cintai dengan sepenuh hati. Jika memang pernah banyak berbuat kesalahan dan kebodohan di masa lalu, tidak mengapa. It’s not the end of the world. Yang terpenting, kita bisa berdamai dengan masa lalu, pun berdamai dengan diri sendiri.