Frugal sebagai Gaya Hidup

Frugal sebagai Gaya Hidup

Akhir-akhir ini ada beberapa istilah baru yang langsung menyebar di masyarakat dalam waktu yang sangat singkat. Mulai dari ghosting, womanizer, dan terakhir frugal. Ghosting adalah istilah yang digunakan dalam hubungan asmara ketika seseorang tiba-tiba menghilang tanpa kabar dari hubungan yang sudah terjalin. Mungkin istilah ini juga bisa digunakan untuk orang yang meminjam uang dan tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Sedangkan womanizer adalah istilah yang disematkan pada laki-laki yang tingkatan palyboy-nya sudah tinggi alias kelas kakap.

Frugal juga termasuk istilah baru – setidaknya bagi saya pribadi. Kata ini memiliki arti gaya hidup yang hemat, minimalis, dan cermat dalam mengambil keputusan khususnya yang berkaitan dengan keuangan. Gaya hidup ini sangat bagus diterapkan di masa pandemi ini, di mana kondisi keuangan bagi banyak orang sangat terpengaruh, agar dapat tetap memiliki kondisi keuangan yang memadai.

Sebenarnya bahasan mengenai gaya hidup ini hampir sama dengan bahasan saya beberapa waktu lalu yang membahas mengenai perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Nah, gaya hidup frugal ini juga menekankan pada pentingnya berpikir mengenai kebutuhan dibandingkan keinginan semata. Dalam mengelola keuangan tentu kita harus bisa menentukan mana yang paling penting dan harus diprioritaskan dan mana yang bisa ditunda.

Salah satu cara untuk menghemat pengeluaran adalah dengan memanfaatkan promo yang ada, tetapi tentu hanya untuk barang/benda yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Selain itu jangan membeli sesuatu hanya karena ingin diakui oleh orang lain bahwa kita tidak ketinggalan zaman. Misalnya membeli handphone merk terbaru dengan harga yang fantastis hanya karena ingin diakui bahwa kita mengikuti perkembangan terkini.

Alangkah rugi jika sampai melakukan hal seperti itu. Rugi karena selain berbahaya untuk kesehatan finansial, juga akan berbahaya untuk kesehatan fisik dan jiwa. Mengapa kesehatan fisik dan jiwa ikut terbawa? Karena orang yang ingin mendapatkan pengakuan orang lain itu akan lelah sendiri. Dan hidup seperti itu tidak akan pernah tenang. Orang yang hatinya tidak tenang fisiknya tidak akan sehat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca juga