Filosofi Stoicism

Filosofi Stoicism

Setiap orang pasti menginginkan kebahagiaan hidup. Bahagia itu sesuatu yang abstrak, yang ada di dalam hati dan bisa terpancar dari raut wajah yang berseri-seri. Kebahagiaan itu tidak diukur dari banyaknya materi, tetapi lebih pada apa yang ada dalam pikiran, cara mengelola pikiran, dan apa yang ada dalam hati, serta cara mengelola hati.

Stoicism adalah filsafat kuno yang berasal dari Yunani. Filsafat ini adalah ilmu yang mengajarkan untuk fokus pada apa yang bisa dikendalikan, dan tidak mempedulikan apa yang tidak bisa dikendalikan, kemudian bisa menerima serta menyadari keadaan tersebut. Intinya adalah ilmu mengenai cara bahagia dalam berbagai kondisi.

Dalam hidup ini kita tidak terlepas dari hal-hal yang bisa kita kendalikan dan yang tidak bisa kita kendalikan. Apa yang orang lain pikirkan mengenai diri kita, perbuatan dan sikap orang lain, cuaca hari ini, apa saja yang terjadi di masa lampau dan masa yang akan datang adalah contoh hal-hal yang di luar kendali kita. Terhadap semua itu maka sikap kita adalah membiarkan semua seperti adanya. Tidak perlu dirisaukan.

Sementara itu kita bisa mengendalikan apa yang akan kita perbuat dan kita ucapkan. Kita juga bisa mengendalikan prinsip hidup kita, hobi kita, dan cita-cita kita. Dan kita bertanggung jawab atas semua itu. Kita bisa menjadi diri sendiri, menjadi versi terbaik diri kita sendiri, bukan berdasarkan pada penilaian orang lain dan pada apa yang orang lain katakan.

Para filsuf Stoic berpendapat bahwa kebahagiaan itu bukan untuk dikejar, tetapi dengan mengurangi emosi-emosi negatif seperti marah, sedih, stress, khawatir, cemas, kecewa, dan galau. Misalnya saja kenapa kita sering kecewa? Karena kita menggantungkan harapan yang berlebih kepada manusia. Ketika kenyataan tak sesuai harapan maka yang muncul adalah kekecewaan.

Tidak memperumit masalah juga termasuk salah satu jurus bahagia menurut filsuf Stoic. Betapa sering masalah itu menjadi rumit bukan karena masalah itu sendiri, tetapi karena diperumit oleh pikiran dan sikap kita sendiri. Dan yang terakhir jangan lupa bersyukur. Bersyukur meskipun kadarnya kecil tetap akan membuat hati jadi bahagia, terhindar dari stress, sedih, dan cemas. Bersyukurlah maka kita akan bahagia. Jangan menunggu bahagia baru bersyukur. Demikian nasehat orang bijak yang perlu kita cermati bahwa bersyukur itulah justru membuat kita bahagia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca juga