Aku dan Rinai Hujan

Aku dan Rinai Hujan

Di bulan Februari curah hujan masih cukup tinggi setiap tahunnya. Beberapa hari terakhir wilayah Bogor dikaruniai hujan setiap sore hingga malam harinya. Di sebagian daerah di Indonesia terjadi banjir dan tanah longsor akibat curah hujan yang sangat tinggi dan berlangsung selama berjam-jam.

Saat hujan turun hati saya selalu diliputi kesenduan. Tiba-tiba beribu kata muncul di kepala meminta untuk segera ditulis. Berbagai rasa pun kemudian hadir saat saya menuliskan kata-kata itu. Kerinduan, ketundukan, kepasrahan, dan entah apa lagi yang bergolak di dada. Hujan selain dapat menyuburkan tanah yang tandus juga dapat menyirami jiwa yang kering dengan bertafakur.

Terasa sekali kemahakuasaan Allah saat sedang turun hujan. Begitu banyak manfaat hujan bagi manusia dan seluruh makhluk di bumi ini. Tanaman di daratan yang tersiram hujan akan memperoleh garam-garam mineral dan unsur lainnya yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhannya bersama air hujan. Hujan juga merupakan sumber pupuk yang begitu penting.

Proses turunnya hujan dimulai dari evaporasi (perubahan air menjadi gas), transpirasi (penguapan air), kondensasi (pengembunan), dan presipitasi (hujan-saat titik-titik air dari atmosfer jatuh ke permukaan bumi). Air hujan yang turun ke bumi ada yang meresap ke dalam tanah, ada yang mengalir ke sungai atau danau dan kemudian mengalir menuju laut luas. Ternyata Allah sudah menjelaskannya dalam Al-Quran secara lengkap.

Hujan adalah berkah yang Allah curahkan pada seluruh makhluk-Nya. Saat hujan turun adalah saat yang mustajab untuk berdo’a. Maka selain doa yang berbunyi Allahumma shoyyiban nafi’an (ya Allah, turunkan hujan yang bermanfaat), kita bisa berdo’a apa saja kepada Allah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca juga