Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Menghadapi tahun pelajaran baru 2022/2023, SMPN 17 Bogor mengadakan workshop implementasi kurikulum merdeka selama dua hari (12-13 Juli 2022). Tahun ini, sekolah kami yang masuk dalam kategori sekolah mandiri berubah akan mulai menerapkan kurikulum merdeka. Nara sumber dari workshop tersebut adalah kepala sekolah dan dua guru dari SMPN 2 Cibinong. Sekolah itu sudah menjadi sekolah penggerak, sehingga dapat memberikan contoh kongkrit mengenai proses pelaksanaan kurikulum merdeka.
Saya akan menguraikan pemahaman saya mengenai pembelajaran berdiferensiasi yang saya dapatkan dari workshop. Berdiferensiasi artinya beragam, berbeda, bervariasi, atau tidak sama. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang berpihak pada siswa dan berorientasi pada kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa dapat digolongkan menjadi 3, yaitu: kebutuhan belajar berdasarkan minat, kesiapan belajar (readiness), dan profil belajar siswa. Pembelajaran ini diterapkan berdasarkan konten, proses, dan produk.
Untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru harus melakukan pemetaan terhadap siswanya di awal tahun pelajaran baru. Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui mana siswa yang termasuk fast learner dan mana yang termasuk slow learner, mana siswa yang termasuk dalam kategori auditori, visual, dan kinestetik, mana siswa yang bisa belajar secara mandiri dan mana siswa yang memerlukan bimbingan lebih. Dengan pemetaan tersebut juga dapat diketahui siswa mana yang suka berkelompok dan yang suka menyendiri, serta siswa yang lebih suka menulis dan yang lebih suka berbicara.
Misalnya saja mata palajaran Bahasa Indonesia untuk fase D. Pembelajaran berdasarkan konten untuk materi membaca dan menyimak berita, guru dapat menyediakan bacaan yang diambil dari berita online untuk siswa yang bergaya belajar visual. Untuk siswa yang bergaya belajar auditori, guru dapat menggunakan berita mengenai topik yang sama dari youtube. Sehingga siswa dapat menyimak apa yang disampaikan oleh pembaca berita.
Untuk pembelajaran berdasarkan proses, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Siswa yang sudah tidak memerlukan bimbingan, disatukan dalam satu kelompok. Siswa yang masih butuh bimbingan lebih, disatukan dalam satu kelompok. Pun siswa yang masih memerlukan bimbingan, tetapi tidak banyak. Namun, pengelompokan seperti ini tidak dilakukan setiap saat agar tidak ada siswa yang merasa minder dan siswa yang merasa lebih unggul dibandingkan lainnya.
Agar kontekstual, untuk pembelajaran berdasarkan produk siswa dapat diminta untuk membuat laporan mengenai kegiatan pemilihan ketua OSIS di sekolah. Mereka tidak akan dapat menyontek dari internet. Siswa dapat membuat laporan secara tertulis, lisan, atau dibuat dalam bentuk rekaman seperti membaca berita di televisi atau berupa vlog dan diunggah di akun sosial media mereka. Jadi siswa yang bagus bidang teknologi informasinya terfasilitasi. Pun dengan siswa yang lebih suka membuat laporan dengan menyampaikannya di depan kelas secara lisan atau dalam bentuk tulisan. Semua mendapatkan nilai.
Di SMPN 17 Bogor ada dua guru penggerak- Ibu Siti Amalia, M.Pd yang merupakan wakil kepala sekolah urusan kurikulum dan juga ketua Ikatan Guru Indonesia cabang Kota Bogor periode tahun 2021-2025 dan Ibu Kurwinda Kristi, S.Pd yang merupakan anggota tim kurikulum. Bersama beliau berdua, sekolah kami tengah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menjadi sekolah mandiri berubah dalam melaksanakan kurikulum merdeka. Banyak yang harus dipelajari dan dipersiapkan oleh saya dan teman-teman guru lainnya untuk menerapkan kurikulum merdeka ini. Semoga diberi kemudahan oleh Allah, aamiin yra.