Rezeki

Rezeki

Seringkali kita terjebak pada pemahaman bahwa yang namanya rezeki itu selalu berbentuk uang atau benda. Padahal tidak demikian adanya. Rezeki itu bisa berupa kesehatan, ketenangan hidup, teman yang baik, tetangga yang baik, atau kemampuan menikmati sesuatu dan sebagainya.

Orang bisa saja membeli kasur yang empuk, dan tinggal di rumah yang mewah. Tetapi nikmatnya tidur belum tentu dikaruniakan padanya. Allah justru melimpahkan nikmat tidur itu pada orang yang tidur beralaskan tikar yang digelar di atas lantai yang dingin. Itu rezeki.

Makanan yang mahal bisa dibeli. Menu yang mewah bisa dipesan, tetapi nikmatnya makan itu hanya Allah yang memberikan. Bisa saja Allah berikan kepada orang yang makan nasi bungkus berlauk tempe goreng dan sayur lodeh. Dimakan di warung pinggir jalan atau di dapur rumah yang sangat sederhana. Itu adalah rezeki.

Rezeki adalah soal menikmati. Begitu kata Ustadz Salim A. Fillah. Yang terpenting dari rezeki adalah keberkahannya. Boleh jadi ada orang yang dikaruniai harta berlimpah, tetapi karena tidak berkah maka tidak ada kemanfaatan dari harta itu. Justru harta itulah yang akan menjerumuskan pemiliknya dan menimbulkan banyak madharat.

Orang bijak berkata bahwa perbedaan mendasar antara orang yang selalu ingin menerima dan orang yang ingin selalu memberi adalah: orang yang ingin selalu menerima boleh jadi dia akan makan dengan lebih baik (jenis makanannya), tetapi orang yang ingin selalu memberi dia akan tidur lebih nyenyak. Orang yang makannya lebih baik belum tentu bisa tidur nyenyak. Itu menunjukkan kualitas tidur. Dan tidur nyenyak adalah rezeki.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca juga