Dampak Cyberbullying bagi Remaja
Di era sekarang ini siapa yang tidak mengenal media sosial? Siapa yang tidak menggunakan gadget dalam kehidupan sehari-hari? Rasanya hampir semua orang mengenal dan memanfaatkan kecanggihan teknologi tersebut, kecuali mereka yang hidup di daerah pedalaman yang belum terjangkau oleh teknologi atau memang masyarakatnya tidak mau mengenal teknologi. Kini setiap saat dan siapa pun dapat berkomunikasi dan membagi apa saja di media sosial. Dan semua orang dari berbagai penjuru dunia dapat melihatnya dan dapat berkomentar jika tidak melakukan private setting di akun media sosialnya.
Salah satu sisi negatif dari sosial media adalah jika digunakan untuk melakukan cyberbullying. Istilah ini memiliki arti perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Tindakan cuberbullying dapat muncul melalui SMS, WhatsApp, media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter atau game online di mana orang dapat berpartisipasi untuk memberi komentar. Contoh dari cyberbullying adalah mengirimkan, mem-posting, atau membagikan konten yang negatif, memalukan, atau berupa kebohongan atau bahkan fitnah mengenai seseorang. Termasuk juga di dalamnya membagikan informasi yang bersifat pribadi dan rahasia mengenai sesorang yang dapat menyebabkan rasa malu atau terhina.
Tujuan dari cyberbullying adalah untuk menakuti, membuat marah, mempermalukan atau bahkan menghina bahkan memfitnah orang yang dijadikan sasaran (korban). Pelaku biasanya menggunakan akun palsu atau menggunakan akun korban yang sudah dibajak. Perilaku agresif ini dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang merasa korbannya tidak akan melakukan perlawanan atau tidak mudah melawan.
Jika hal ini terjadi pada anak usia remaja, maka dampaknya adalah mereka akan mudah marah, kesal, gelisah, malu, merasa bodoh, dan kehilangan minat terhadap kegiatan yang disukainya. Bahkan secara fisik mereka dapat merasakan sakit perut atau sakit kepala. Mereka kemudian menarik diri dari pergaulan, kepercayaan dirinya hilang, dan bisa jadi mereka menjadi lebih agresif pada teman dan anggota keluarganya. Prestasi akademik di sekolah pun menurun. Dan tingkat yang paling parah adalah munculnya keinginan untuk bunuh diri.
Sebagai orang tua jika menemui putra/putrinya terlihat murung dan sikapnya mulai berubah, maka perlu segera melakukan pendekatan. Mereka butuh orang dewasa yang dapat membantu keluar dari ketidaknyamanannya dan membantu masalah yang dihadapinya. Perhatian dan motivasi sangat dibutuhkan oleh anak-anak yang mengalami cyberbullying. Jika ternyata parah dampaknya, maka pelaku dapat dilaporkan kepada pihak berwajib. Jejak digital yang ada dapat digunakan sebagai bukti di depan hukum. Sekarang sudah ada UU ITE (Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik). Jadi bagi pelaku cyberbullying harus berhati-hati juga dengan UU tersebut.