Gowes Sambil Bernostalgia

Gowes Sambil Bernostalgia

Setiap kali pulang kampung di Bantul, aku selalu menyempatkan diri untuk menikmati apa saja yang dapat membawa angan dan hati kembali ke masa-masa dulu. Entah itu masa sekolah, masa ketika bermain bersama saudara dan tetangga, dan masa ketika menikmati kuliner khas Bantul yang ‘kenikmatannya’ tidak dapat ditemukan di tempat lain.

Kemaren pagi, aku gowes pagi-pagi. Jalur yang aku ambil adalah jalur yang dulu selalu aku lewati ketika aku mengantarkan makanan dan minuman untuk orang yang bekerja di sawah milik orang tuaku. Satu lagi adalah jalur yang dulu ku lewati saat aku berangkat ke sekolah, baik SMP maupun SMA. Semua sudah berubah memang, tapi feel-nya tetap sama. Ruh dari setiap titik yang aku lewati tetap sama.

Ketika melewati jalan di tengah hamparan sawah, sengaja aku memperlambat laju sepedaku. Aku ingin benar-benar menikmati semua yang ada di sekitarku. Embun pagi, hamparan tanaman padi yang luas menghijau, kicau burung, gemericik aliran sungainya, dan beberapa burung blekok putih yang bermain di sawah kemudian terbang tinggi. Tidak banyak petani yang bekerja di sawah pagi itu.  Suasananya masih hening.

Aku mampir di SMP ku dulu-SMPN 1 Pandak yang letaknya di sebelah timur lapangan sepak bola di Jodog. Lokasinya di pinggir jalan raya Bantul-Srandakan. Ramai sekali. Suasana sekolahnya tambah asri dan indah. Dulu ketika aku sekolah di sana, gedungnya masih baru. Pembangunannya belum selesai. Senang sekali kini melihat sekolah itu semakin keren.

Lalu, aku lajukan sepedaku ke SMA ku di dekat rumah dinas bupati Bantul. Sekolah ku sangat strategis-dikelilingi oleh RSUD Senopati Bantul, gedung kejaksaan, kantor departemen agama dan lainnya. Sama dengan gedung SMP, kini Gedung SMA ku juga semakin keren. Dulu saat masih belajar di sana, gedungnya masih kuno. Hati ini bergembira sekali menyaksikan semua kemajuan yang diraih oleh kedua sekolahku.

Dalam perjalanan pulang, aku ingin mampir ke warung bakso langganan- warung bakso Pak Jenggot. Bakso di warung itu khas sekali karena ada bakso keringnya yang gurih dan lezat. Sayang sekali, warungnya belum buka. Jadi aku hanya lewat saja dan melanjutkan perjalanan pulang. Rasa syukur senantiasa kupanjatkan di setiap kayuhan sepedaku.

Malamnya aku menikmati wedang ronde di Taman Kuliner Imogiri bersama kerabat dekat. Alhamdulillah.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca juga