Ramadhan dan Palestina
Betapa syahdu penantian raga yang berpuasa untuk berbuka. Lebih indah lagi penantian hati yang beriman tuk berjumpa Allah dan Dia menganugerahkan pahala. Betapa jelita siang terik yang disejukkan puasa, malam dingin yang dihangatkan tarawih, hati gersang yang disirami tilawah; dan dosa diampunkan-Ustadz Salim A. Fillah.
Dari Abdullah bin ‘Amr ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “puasa dan Al-Quran pada hari kiamat kelak akan memberi syafaat kepada seorang hamba. Puasa berkata, “Wahai Rabbku, aku telah mencegah dirinya dari makan dan syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafaat kepadanya.” Al-Quran juga berkata, “Aku telah mencegah dirinya dari tidur di malam hari, maka izinkanlah aku memberi syafaat kepadanya.”
Ibnu Qudamah rahimahullah menyebutkan keistimewaan puasa dari dua sisi. Pertama, puasa merupakan ibadah yang rahasia dan tersembunyi, tak seorang pun yang dapat melihat atau memastikan seorang puasa ataukan tidak. Sehingga riya’ (merasa ingin dilihat) tidak masuk mengotorinya. Kedua, puasa merupakan pengekang terhadap musuh Allah, yaitu para setan. Karena sarana yang digunakan oleh para setan itu adalah syahwat. Syahwat akan menguat dengan makan dan minum. Selama lahan syahwat tumbuh subur, setan akan selalu mendatanginya. Dengan puasa, maka syahwat melemah. Dan karenanya menjadi sempit pulalah jalan bagi setan.
Puasa sangat baik untuk kesehatan manusia. Sudah banyak penelitian yang membuktikan manfaat puasa untuk kesehatan. Menurut Dr. Eric Berg DC, ada beberapa manfaat puasa. Puasa dapat menghambat pertumbuhan tumor dan meningkatkan anti oksidan dalam tubuh. Selain itu, puasa juga mampu meningkatkan daya tahan sel terhadap stress. Dengan puasa tubuh membentuk protein khusus di seluruh tubuh (autophagy).
Puasa kali ini ingatan saya dan jutaan muslim di dunia tak lepas dari derita saudara-saudara kita di Palestina. Banyak anak kecil yang meninggal karena kelaparan. Anak-anak muda, remaja, dan orang dewasa berlarian menjemput bantuan makanan yang dikirim lewat udara. Penjajah Israel yang tak berperi kemanusiaan itu menembaki mereka kapan saja. Sungguh tidak tega melihatnya.
Namun, keimanan saudara-saudara di Palestina memang bukan kaleng-kaleng. Bahkan anak-anak kecil pun tidak takut mati. Banyak dari mereka yang menjadi pengahfal Al-Quran. Para ibu di sana mendidik anak-anaknya dengan baik, meskipun mereka tinggal di pengungsian. Sholat tarawih dilakukan di antara puing-puing bangunan yang hancur lebur. Saat seorang jurnalis bertanya pada anak-anak Palestina, “Mengapa kalian begitu gembira menyambut Ramadhan?” Mereka pun menjawab, “Agar lapar kami lebih bermakna.” Masyaallah.
Dari lubuk hati terdalam, dengan penuh kekhusyu’an, terkirim do’a untuk saudara-saudara di Palestina.