Pagi Itu
Salah satu yang sangat saya sukai di waktu pagi adalah udaranya yang masih sejuk. Pagi hari, baik ketika berangkat ke tempat mengajar atau berada di taman depan rumah, bagi saya adalah saat yang tepat untuk mengungkapkan rasa syukur yang tak terkira pada Allah. Rasa syukur atas kemampuan untuk menikmati indahnya pagi. Tak semua orang dikaruniai kemampaun untuk itu.
Pagi itu, mentari masih berselimut kabut. Sungguh itu pemadangan yang menakjubkan buat saya. Kicau burung yang lincah menari di pucuk dedaunan tak kalah menawan hati. Subhanallah. Tak henti-henti diri ini dibuat takjub. Saya pun teringat ayat Al-Quran Surat An-Nahl (16): 79.
“Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung terbang patuh di angkasa? Tiada yang menahan mereka kecuali Allah. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman.”
Allah juga terangkan di dalam Surat Al-Mulk (67): 19.
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung di udara, betapa mereka mengembangkan dan mengatupkan sayap? Tiada yang menahan mereka kecuali Yang Maha Pemurah (Allah). Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu.
Pagi itu, dengan menikmati kicau burung, saya merasa dituntun untuk menghayati Keagungan-Nya. Waktu pagi juga menjadi waktu yang istimewa karena Rasulullah SAW mendoakan umatnya, “Ya Allah, berkahilah umatku pada pagi hari mereka.”
Kemudian, ungkapan dari filsuf ternama Jalaludin Rumi terngiang-ngiang di benak saya. Dengan indah ia mengungkapkan: “Angin yang berhembus di kala fajar membawa rahasia untukmu. Janganlah kembali tidur.”
Ya, pagi itu, saya tidak kembali tidur setelah sholat subuh. Saya tidak pernah ingin melewatkan saat terindah untuk mengawali hari.