Menciptakan SITUATION MODIFICATION untuk Meraih Kesuksesan dan Kebahagiaan menurut Angela Duckworth
Di era yang serba digital saat ini, keberadaan handphone harus disikapi dengan bijak. Memang, dengan memiliki handphone kita banyak terbantu. Selain memudahkan kita untuk berkomunikasi, kita juga dapat mendapatkan banyak ilmu dan motivasi yang bertebaran di jagat maya. Namun, handphone juga dapat menjadi pengganggu konsentrasi dan menjadi penyebab menurunnya kesehatan mental.
Angela Duckworth, penulis buku best seller berjudul GRIT, belum lama ini mengungkapkan bagaimana sebaiknya kita menyikapi keberadaan handphone. Dalam sebuah acara pelepasan wisuda di Bates College, ia mengajak kita semua untuk menciptakan apa yang ia sebut dengan Situation Modification. Apakah itu?
Situation modification adalah keputusan untuk menciptakan jarak dengan handphone. Keputusan itu dibutuhkan untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup kita. Orang-orang sukses sangat peduli bagaimana situasi yang diciptakan tersebut membentuk perilaku mereka. Mengapa menciptakan situasi yang seperti itu begitu penting? Mereka dapat focus dengan apa yang menjadi tugas mereka tanpa ada gangguan.
Angela mengilustrasikan pentingnya situation modification tersebut dengan apa yang dilakukan ibunya yang seorang pelukis. Untuk melukis, ia butuh ruangan khusus di mana ia bisa konsentrasi penuh dengan pekerjaannya dan tidak ada yang mengganggu. Kemudian, ibu Angela mulai melukis putrinya itu di sebuah kanvas berukuran cukup besar. Dalam lukisan itu, Angela tampak berdiri berdekatan dengan sebuah patung. Wajah Angela tidak tampak karena focus melihat ke bawah.
Ketika ibunya ditanya mengapa ia melukisnya dengan pose seperti itu? Jawabannya sangat mengejutkan. Ia bilang, “Karena seperti itulah ibu melihatmu di sebagian besar waktumu.” Angela membela diri. Ia tidak menggunakan handphone untuk main game atau scroll tik tok. Ia membalas email dan mengerjakan tugas lainnya. Tapi, akhirnya ia menyadari sesuatu. Bahwa ia melewatkan saat untuk menikmati keindahan yang ada di sekelilingnya. Bahkan, ia tidak sempat melihat langit biru yang terbentang luas di atas sana.
Angela menyarankan agar kita menjauhkan handphone. Ia memberikan beberapa alasan yang didasarkan pada riset. Pertama, siswa yang mengikuti test IQ dengan handphone di dekatnya, meskipun handphone itu dalam kondisi menghadap ke bawah, memiliki skor yang lebih rendah. Mereka yang meletakkan handphone-nya di dalam tas atau di ruangan lain, skornya meningkat. Kedua, ketika seorang melihat handphone dan kemudian memaksa dirinya untuk mengabaikannya, energi mentalnya tersabotase. Selain itu, cognitive bandwith-nya juga berkurang untuk mengerjakan tugas yang ada.
Ketiga, riset lain menyebutkan bahwa remaja yang menjauhkan handphone-nya saat sedang belajar, prestasinya lebih bagus di sekolah. Semakin jauh letak handphone-nya, semakin bagus nilai akademiknya. Bahkan, riset itu juga menyebutkan bahwa ketika orang merasa tidak nyaman, cemas, dan bosan, ia akan mencari handphone-nya, seperti seorang bayi yang mencari obyek yang menenangkan. Bagi orang dewasa, handphone sudah menjadi alat penenang.
Keempat, riset mengenai pengaruh handphone dan interaksi langsung menyebutkan terjadinya penurunan waktu dalam bersosialisasi. Adanya DM, emoticon, dan pesan langsung menggantikan momen bermakna yang terjadi dalam komunikasi langsung. Orang tak lagi merasakan hangatnya pelukan, tatapan mata, dan isyarat kegembiraan lainnya dengan orang lain.
Kelima, penelitian berikutnya adalah yang dilakukan di Stanford. Penelitiannya berfokus pada pengaruh media sosial pada kesehatan emosi. Orang yang dibayar untuk meninggalkan Instagram dan Facebook selama sebulan dalam penelitian itu meningkat kebahagiaannya. Sedangkan kecemasan dan depresinya berkurang.
Handphone saat ini menyediakan akses Chat GPT dan AI Chatbox lainnya. Orang menggunakannya untuk mendapatkan nasehat hidup, teman, dan bahkan cinta. Harvard Business Review menyebutkan bahwa penggunaan Chatbox AI yang paling banyak adalah untuk mendapatkan perasaan nyaman, rasa kasih saying, dan hubungan yang dekat. Waktu yang kita habiskan dengan sahabat digital menggantikan waktu yang kita habiskan dengan orang lain.
Seorang peneliti lainnya menyebutkan bahwa interaksi dengan chatbox ketika orang merasa kesepian dapat meningkatkan perasaan kesepian itu dalam jangka waktu yang panjang. Chatbox mirip dengan social junkfood yang menyediakan rasa puas jangka pendek dengan mengorbankan rasa puas yang sehat jangka panjang.
Diakui atau tidak, handphone memisahkan kita dengan orang yang ada di depan kita. Secara fisik mereka dekat, tapi secara mental mereka berada di tempat lain.
